Pembelajaran yg menyenangkan tidak harus identik dengan teriak-teriak, nyanyi-nyanyi, lucu-lucuan, ataupun yg semisalnya. Namun yg dimaksud pembelajaran yg menyenangkan adalah pembelajaran yg menyenangkan yg bernilai secara akademik.
Ketika Syaikh al-Albani rahimahullah, pernah mengambil buku di rak yang tinggi, beliau menggunakan tangga, ketika membuka buku tersebut beliau membacanya dan tidak turun dari tangga tetapi tetap berdiri di tangga tersebut sambil membaca selama lebih dari 6 jam saking "menikmatinya". Maka beliau dikatakan telah melakukan pembelajaran yg menyenangkan.
Ketika Buya Hamka rahimahullah sedang asyik "berdiam diri" menulis Kitab Tafsir Al-Azhar (kitab tafsir terbaik yg pernah ada di Indonesia sepanjang sejarah karya ulama dalam negeri) di dalam penjara sampai bertahun-tahun maka beliau telah melakukan pembelajaran yg menyenangkan.
Ketika Prof.B.J.Habibie rahimahullah asyik berjam-jam "memikirkan" konstruksi pesawat terbang maka beliau telah melakukan pembelajaran yg menyenangkan.
Ketika Musa Hafiz Cilik hafizhahullah asyik berjam-jam duduk menyetor hafalan al-Qurannya kepada ayahnya (tanpa diselingi nyanyi-nyanyi ataupun joget-joget) maka beliau telah melakukan pembelajaran yg menyenangkan.
Ketika murid-murid bisa asyik dan menikmati kegiatan menulis, membaca, menghafal, dan memahami pelajaran-pelajarannya (walaupun disana tanpa adanya nyanyi-nyanyi, teriak-teriak, joget-joget, dll.) maka mereka telah melakukan pembelajaran yg menyenangkan.
#Coretan ini banyak mengambil faedah dari mata kuliah Perencanaan Pengembangan Pendidikan Islam yg diampu Dr. Amir Rusdi, M.Pd.
Ibnu Musthofa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan masukkan komentar anda di sini